Jurnal Penularan HIV/AIDS di Tanah Karo
PENULARAN HIV/AIDS DI TANAH KARO
Oleh:
Lisna
Wati Br Perangin-angin
Fakultas
Ekonomi, Universitas Negeri Medan
Email:
lisnaperangin2@yahoo.com
ABSTRAK
HIV/AIDS
merupakan penyakit yang menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh, sehingga
tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Jumlah orang yang terkena penyakit
HIV/AIDS untuk daerah kabupaten Karo mengalami kenaikan. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk melihat bagaimana terjadinya penularan HIV/AIDS di Tanah Karo.
Bagaimana gejala, penyebab dan penanggulangan HIV/AIDS. Bagaimana pandangan perspektif etika kristen terhadap
penderita HIV/AIDS. Dan apa saja peran gereja dalam mengatasi penyebarn
HIV/AIDS di Tanah Karo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode penelitian pendekatan deskriptif. Penelitian metode deskriptif, yaitu
suatu penelitian yang menggambarkan gejala dan fakta yang terjadi di lapangan
secara apa adanya sesuai dengan realita dan kemudian di analisis. Jenis data
yang digunakan adalah data yang bersumber dari Koran harian di Tanah Karo.
I. PENDAHULUAN
Pertumbuhan HIV/AIDS di daerah Tanah Karo cukup
mengkhawatirkan. Tahun ke tahun terus meningkat, sehingga menduduki peringkat
pertama bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Tanah Karo dengan jumlah
warga terinveksi HIV/AIDS di kabupaten/kota se-Sumut lainnya. Bila tidak serius
kita mencegahnya, pasti mengancam generasi muda daerah ini dan bisa menimbulkan
lost generation.
AIDS
(Acquired Immune Deficiency Syndrome), adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Virus tersebut
dinamakan HIV (Human Immunodeficiency Virus). Fungsi sistem kekebalan
tubuh manusia adalah melindungi tubuh dari serangan penyakit. Kalau sistem kekebalan
tubuh dirusak oleh virus HIV, maka ketika tubuh diserang oleh penyakit, sangat
mudah penyakit itu masuk dan menyebabkan sakit dan meninggal. Saat ini Tanah
Karo sudah berada di garis merah untuk penyebaran HIV/AIDS dengan jumlah
penderita yang terdata terakhir berjumlah 334 jiwa dengan golongan umur yang
paling dominan antara 26–30 (tertinggi di Kecamatan Kabanjahe). HIV sudah
tersebar dimana–mana, dengan sangat cepat, 1 penderita dapat menularkan
ke 10 lainnya dalam waktu singkat. Sampai detik ini belum ditemukan vaksin yang
dapat menyembuhkan HIV/ AIDS. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan
cikal bakal dari AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Jika kita
terjangkit virus ini, seumur hidup akan terkena, maka dari itu harus rutin periksa
darah. Kehati–hatian dan kewaspadaan adalah benteng utama untuk menghindari
virus ini.
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana terjadinya penularan
HIV/AIDS di Tanah Karo. Bagaimana gejala, penyebab dan penanggulangan HIV/AIDS.
Bagaimana pandangan perspektif etika
kristen terhadap penderita HIV/AIDS. Dan apa saja peran gereja dalam mengatasi
penyebarn HIV/AIDS di Tanah Karo.
BAHAN DAN METODOLOGI
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pendekatan deskriptif.
Penelitian metode deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan gejala
dan fakta yang terjadi di lapangan secara apa adanya sesuai dengan realita dan
kemudian di analisis. Jenis data yang digunakan adalah data yang bersumber dari
Koran harian di Tanah Karo.
TINJAUAN
PUSTAKA
Teori
HIV/AIDS
Acquired
Immunodeficiency Syndrome atau Acquired
Immune Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan
gejala dan infeksi (atau: sindrom)
yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV
atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV,
FIV,
dan lain-lain). (1982, Marx, J. L)
AIDS pertama kali dilaporkan pada tanggal 5 Juni 1981, ketika Centers for Disease Control
and Prevention Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih
diklasifikasikan sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Pneumocystis jirovecii) pada lima
laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Dua spesies HIV yang diketahui menginfeksi
manusia adalah HIV-1
dan HIV-2. HIV-1
lebih mematikan dan lebih mudah masuk kedalam tubuh. HIV-1 adalah sumber dari
mayoritas infeksi HIV di dunia, sementara HIV-2 sulit dimasukan dan kebanyakan
berada di Afrika Barat. Baik HIV-1 dan HIV-2 berasal dari primata. Asal
HIV-1 berasal dari simpanse Pan troglodytes troglodytes yang ditemukan
di Kamerun
selatan. HIV-2 berasal dari Sooty
Mangabey (Cercocebus atys), monyet dari Guinea
Bissau, Gabon,
dan Kamerun.
Banyak ahli berpendapat bahwa HIV masuk ke dalam
tubuh manusia akibat kontak dengan primata lainnya, contohnya selama berburu
atau pemotongan daging. Teori yang lebih kontroversial yang dikenal dengan nama
hipotesis OPV AIDS, menyatakan bahwa epidemik
AIDS dimulai pada akhir tahun 1950-an di Kongo Belgia sebagai akibat dari penelitian Hilary
Koprowski terhadap vaksin polio. Namun, komunitas ilmiah umumnya berpendapat bahwa
skenario tersebut tidak didukung oleh bukti-bukti yang ada. (2000, Cohen, J. )
1. Pengertian AIDS
Definisi
AIDS adalah singkatan dari 'Acquired Immunodeficiency Syndrome / Acquired
Immune Deficiency Syndrome' yang menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang
terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV telah ditahbiskan
sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi
tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.
2. Gejala dan Penularan virus HIV/AIDS
Kebanyakan
penderita yang terinfeksi HIV tidak menunjukkan gejala apapun. Pada umumnya
penderita merasa sehat dan juga dari luar nampak sehat-sehat saja. Walaupun
tampak sehat, penderita tersebut akan menjadi pembawa dan penular HIV kepada
orang lain. Kelompok orang-orang tanpa gejala ini dapat dibagi menjadi dua
kelompok;
Kelompok
pertama yaitu kelompok yang sudah terinfeksi HIV tetapi
tanpa gejala dan tes darahnya negatif. Pada tahap dini ini antibody
terhadap HIV belum terbentuk. Waktu antara masuknya HIV ke dalam peredaran
darah dan terbentuknya antibody terhadap HIV disebut "Window
Period" dan memerlukan waktu antara 15 hari sampai 3 bulan setelah
terinfeksi HIV.
Kelompok
kedua yaitu kelompok yang sudah terinfeksi HW tanpa
gejala, tetapi tes darah positif. Keadaan belum adanya gejala seperti ini dapat
berjalan lama, yaitu bisa sampai lima tahun atau lebih. Adakalanya orang
terinfeksi HIV/AIDS tidak menunjukkan gejala apapun dan merasa dirinya sehat.
Namun orang yang terinfeksi HIV akan menjadi pembawa penular HIV kepada orang
lain.
Untuk
diketahui, infeksi HIV akan tampak pada 2 (dua) tahap, yaitu:
Pertama,
Gejala
awal, ditandai dengan kondisi berat badan semakin menurun, sering demam, rasa
Iclah letth berkepanjangan, sering rnencret/ diare tanpa penyebab yang jelas,
dan sariawan yang sering timbul dan lama sembuhnya.
Kedua,
Gejala
lanjut, ditandai dengan kondisi radang paru-paru, sesak napas dan batuk tanpa
dahak/batuk kering, mudah terserang TBC paruparu, bercak-bercak merah ungu pada
kulit terutama kulit tubuh bawah, bercak-bercak putih di mulut, dan Gangguan
syaraf otot, ingatan, perubahan kepribadian. Virus HIV tidak mudah menular
seperti penularan virus influenza. HIV ini hanya bersarang pada sel darah putih
tertentu yang disebut sel T4. Oleh karena sel T4 ini terdapat pada
cairan-cairan tubuh, maka HIV dapat ditemukan dalam cairan tubuh yaitu: Nanah,
termasuk darah haid/menstruasi, air mani dan cairan-cairan lain yang keluar
dari cairan kelamin wanita dan cairan dari leher rahim. Masa inkubasi pada
penderita AIDS, berjalan selama 2 tahun dan akan meninggal setelah organ-organ
vital tak berfungsi. Selama waktu itu pula ia dapat merupakan sumber penularan
pasif terbuka (mudah terjangkit virus HIV/AIDS). Sebaliknya pada masa inkubasi,
dimana virus terus berkembang biak merusak sistem kekebalan sampai gejala dapat
memakan waktu 10 tahun, selama ini penderita tetap merasa enak dan tampak
sehat. Pada masa ini sumber penularan aktif tersembunyi, namun berbahaya karena
pengidap HIV ini masih mampu melakukan kegiatan sosial apa saja dalam waktu
lama termasuk donor darah, hubungan seksual dan hamil. Semakin lama fase masa
inkubasi dengan sendirinya semakin banyak virus yang potensial pula sebagai
sumber penularannya. Di dalam keadaan wajar virus HIV hanya bisa pindah atau
menular lewat aliran darah, limfa, jaringan lifoid dan dalam jumlah sedikit
berada di cairan mani serta cairan pada kelamin wanita dan tidak didapatkan
dalam air ludah, air seni, tinja dan keringat.
Berdasarkan
uraian cara penularan di atas, bisa dipahami apabila kontak sosial seperti
hidup serumah, tidur bersama, berenang bersama, mandi/WC bersama, bukan
merupakan media penularan virus HIV. Namun masalahnya mungkin akan lain, kalau
pengidap HIV/AIDS tersebut terluka mengeluarkan darah atau penderita AIDS telah
mengalami infeksi sekunder di kulit, mulut, saluran cerna, saluran nafas,
saluran kencing, dan Iain-lain. Darah yang keluar dari luka (infeksi tersebut
seperti dahak, air seni, tinja) ada kemungkinan mengandung HIV walaupun untuk
penularan masih dibutuhkan kontak langsung segera ke pintu masuk atau luka
calon tertular. Sebagai contoh seorang dokter sedang menjahit luka seorang
pengidap HIV/AIDS kebetulan tanpa sarung tangan dan jari tangan dokter itu ada
yang terluka walaupun sedikit, maka dokter tersebut bisa tertular HIV. Seorang
penderita HIV/AIDS sedang renang lalu mengeluarkan darah di air, maka air itu
akan tercemar dan cepat menularkan pada seseorang yang mempunyai luka terbuka,
maka kemungkinan dapat tertular HIV. Melihat kenyataan ini setiap orang dapat
saja tertular AIDS. Tetapi bisa dihindari dengan memperkuat ketahanan keluarga
melalui pendidikan agama, budipekerti ataupun etika dan upaya-upaya agar
kepedulian terhadap AIDS terus berkembang di masyarakat.
Terdapat
beberapa kelompok resiko tinggi tertular AIDS, kelompok tersebut dapat di
klasifikasikan sebagai berikut:
Pertama,
Mereka
yang mempunyai banyak pasangan seksual (homo dan hetero seksual) seperti
wanita/pria tuna susila dan pelanggannya, mucikari, kelompok homoseks, biseks
dan waria.
Kedua,
Penerima
transfusi darah. Virus HIV hidup subur dan berkembang baik mengikuti aliran
darah. Seorang yang menjadi donor darah dan darahnya sudah terinfeksi HIV,
akibatnya virus HIV dapat menularkan pada si penerima transfusi darah.
Ketiga,
Bayi
yang dilahirkan dari ibu penderita AIDS. Ibu hamil yang mengidap HIV dapat
menularkan virus HIV tersebut kepada anaknya atau janinnya melalui plasenta.
Keempat,
Pecandu
Narkotika suntikan. Jarum suntik pecandu narkotika biasanya dipakai secara
bersama dan biasanya tidak disterilkan lebih dulu. Apabila dalam suntikan itu
masih terdapat darah pengidap HIV, maka bisa menularkan virus HIV ke orang
lain.
Kelima,
Orang
yang menggunakan jasa dengan alat tusuk (akupuntur, tatto, tindik) yang pernah
dipakai orang yang telah terinfeksi HIV, maka lebih besar kemungkinan virus
AIDS dapat tertular ke orang lain.
Keenam,
Pasangan
dari pengidap AIDS.Setiap melakukan hubungan seks, selalu ada kemungkinan
tertular AIDS. Terlebih lagi bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV,
maka dapat menularkan ke pasangan lainnya. Jadi, tidak mengherankan apabila ini
terjadi pada ibu rumah tangga yang baik dapat saja tertular AIDS bila suaminya
sudah terinfeksi HIV, karena sering jajan di luar.
Ketujuh,
Remaja.
Remaja mempunyai kecendrungan melakukan cobacoba atau ingin tahu tentang seks
mereka kurang memperhatikan kesehatan dan keamanan sehingga kemungkinan remaja
tertular HIV lebih besar. Penularan HIV diketemukan dalam berbagai cairan rubuh
dari penderita terinfeksi dengan virus ini. Walaupun demikian, hanya darah dan
cairan kelamin wanita yang mempunyai kaitan dengan penyebaran HIV. Orang yang
terinfeksi virus HIV akan tampak sehat selama beberapa tahun. Oleh karena itu
tidak bisa diketahui orang yang terinveksi virus HIV hanya dengan melihat
orangnya saja. Untuk mengetahui status atau kondisi seseorang harus dilakukan
tes khusus.
Virus
HIV sangat cepat mati di luar badan kita. HIV tidak bisa menular lewat udara.
HIV mudah mati oleh air panas, sabun dan bahan pencuci hama lainnya. HIV tidak
bisa menembus kulit yang utuh yaitu kulit yang tidak luka atau lecet. Karena
itu maka HIV tidak bisa menular lewat kontak sosial seperti bersenggolan dengan
pengidap HIV, berjabatan tangan, bersentuhan dengan pakaian dan Iain-lain
barang bekas penderita AIDS, penderita AIDS bersin atau batuk-batuk di depan
kita, berciuman, lewat makanan dan minuman, gigitan nyamuk dan serangga
lainnya, sama-sama berenang di kolam renang.
3. Pengaruh HIV/AIDS pada Kehidupan Masyarakat
Penyebaran
penyakit menular HIV berpengaruh pada kehidupan masyarakat antara lain:
A. Pengaruhnya
terhadap pola trend dan sebab kematian. Penyebaran penyakit ini selain akan
menurunkan angka harapan hidup rata-rata, juga akan menurunkan rata-rata lama
hidup yang dilalui dalam keadaan sehat. Karena ketika seseorang sudah mulai
terjangkit HIV, dia sudah mulai sakit-sakitan, walaupun secara fisik mereka
masih dapat bekerja dan relatif tampak sehat. Mereka terinfeksi HIV dan telah memasuki
pada tahap AIDS maka daya tahan tubuhnya menjadi sangat lemah. Pada saat itu
penyakit-penyakit yang semula tergolong ringan menjadi berbahaya dan dapat
menyebabkan kematian.
B. Pengaruhnya
terhadap angkatan kerja.
Dengan adanya
peledakan HIV/AIDS yang melanda pada kelompok usia produktif (20-49 tahun) maka
akan mempengaruhi komposisi angkatan kerja, yaitu komposisi angkatan kerja akan
dibanjiri oleh mereka yang berusia tua dengan kata lain semakin sulit mencari
tenaga kerja muda, dan pelaksanaan pembangunan akan lebih mengandalkan pada
tenaga kerja tua yang secara praktis tingkat produktifitasnya sudah mulai
menurun. Dengan demikian pertumbuhan angkatan kerja akan rendah dengan mutu
yang rendah pula.
C. Pengaruhnya
terhadap beban ekonomi keluarga dan negara.
Penyakit
HIV/AIDS membutuhkan masa inkubasi kurang lebih sekitar 10 tahun. Pada awalnya
seseorang terkena infeksi HIV, ditandai dengan penurunan kondisi kesehatan yang
kemudian penurunan kesehatan tersebut akan semakin cepat pada masa memasuki
tahap AIDS, dimana orang yang bersangkutan sudah tidak dapat terobati lagi
secara medis. Diperkirakan seorang penderita AIDS membutuhkan biaya sekitar 33
juta rupiah, yang terdiri dari 3 juta rupiah biaya langsung dan 30 juta rupiah
biaya tidak langsung. Jika beban tersebut harus dipikul oleh pemerintah maka
akan merupakan beban pembangunan yang tidak ringan, sehingga akan mempengaruhi
stabilitas pembangunan negara baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
D. Pengaruhnya
terhadap upaya pengentasan kemiskinan
Kebanyakan
kelompok berisiko tinggi, adalah kelompok berpendidikan rendah dan berasal dari
kelompok yang secara ekonomi diharapkan masih produktif. Jika terjadi ledakan
HIV/AIDS maka kelompok penduduk miskin dan kelompok yang dekat dengan garis
kemiskinan yang akan banyak mengalami penderitaan. Oleh karena itu akan mengganggu
upaya-upaya untuk mengentaskan kemiskinan yang selama ini menjadi prioritas
utama.
II. PEMBAHASAN
SUMUT adalah provinsi dengan tingkat
penderita AIDS tertinggi di pulau Sumtera ( ke-9 di Indonesia). Sejak tahun
1994 hingga Sept. 2010, jumlah kumulatif AIDS di Sumatera Utara sebanyak 1.417
penderita diantaranya 1.039 penderita HIV atau sebanyak 2.456 penderita
HIV/AIDS positif. Kota Medan merupakan kota terbesar pertama (ADA BANYAK ORANG KARO
DI MEDAN) untuk penderita HIV/AIDS dengan jumlah 1.631 kasus, diikuti Deli
Serdang dengan jumlah 195 penderita dan Tanah Karo dengan jumlah 115 penderita
(KEDUANYA DAERAH MAYORITAS SUKU KARO).
Umur
29-39 paling banyak terinveksi HIV/AIDS. Tahun 2013 terdata 450 orang dan
sampai 2014 sampai Juni 38 orang atau total 488/Juni 2014 ditemukan
positif pengidap HIV/AIDS. Termasuk puluhan warga terinveksi HIV/AIDS
telah meninggal dunia di berbagai desa di Kecamatan Kabanjahe, Berastagi,
Dolatrayat, Barusjahe dan Tigapanah yang identitasnya sangat dirahasiakan. Menurut
"National Trainer Care, Support and Treatment IMAI-HIV/AIDS", dr
Ronald Jonathan MSc, pada seminar dua hari "Global Diseases 2nd Continuing
Professional Development" di Bandarlampung, Sabtu dan Minggu, angka
itu diperoleh berdasarkan perkiraan pengaduan penderita terinfeksi HIV/AIDS ke
sejumlah rumah sakit, yang berjumlah tidak lebih dari sepersepuluh korban
terinfeksi keseluruhan. Jumlah kasus terinfeksi HIV/AIDS, dan prinsip fenomena
gunung es yang berlaku mengatakan, jumlah penderita HIV/AIDS yang tampak
hanyalah 5-10 persen dari jumlah keseluruhan. Bahkan jika dilihat dari angka
penderita HIV Sumut di urutan ke-4, Jumlah Penderita HIV positif
terbanyak berada di DKI Jakarta dari Propinsi DKI Jakarta (7766), disusul Jawa
Timur (4553), Jawa Barat (3077), Sumatera Utara (2783), dan Kalimantan Barat
(1914). Mayoritas
penderita AIDS di Indonesia adalah kalangan anak muda, usia produktif yaitu
20-29 tahun.Data Kementerian Kesehatan akhir 2009 menyebutkan penderita AIDS
kelompok umur 20-29 tahun di Indonesia mencapai 49,07 persen. Berikutnya
kelompok umur 30-39 tahun dengan 30,14 persen.
HIV/AIDS merupakan musuh kita bersama, maka dari itu
mari secara bersama–sama kita menanggulanginya. Kita semua harus perduli dan
ambil tindakan untuk menghentikan penyebaran virus yang membahayakan ini.
Begitu juga dengan peredaran Narkoba yang saat ini sudah merusak anak–anak muda
Tanah Karo, mari kita sadarkan mereka, dan para bandar–bandar Narkoba juga
harus segera diberantas agar tidak menghasut generasi–generasi masa depan Karo.
Karena itu dibawah ini akan dipaparkan jenis upaya yang dapat dilakukan dalam
penanggulangan HIV/AIDS:
1. Peranan
Keluarga dalam Penanggulangan HIV/AIDS
Keluarga
merupakan kelompok sosial yang paling kecil dalam kehidupan masyarakat.
Keluarga secara sosiologis merupakan kelompok dimana anggota-anggotanya saling
kenal-mengenal dan berinteraksi.14 Dalam perkembangannya keluarga merupakan
wahana yang paling mendasar dan tepat untuk menanggulangi dan mencegah
penyebaran penyakit HIV/AIDS. Keluarga mempunyai peranan ganda, disatu pihak
keluarga harus mengadakan penyesuaian agar tetap mampu melaksanakan tanggung
jawabnya memenuhi kebutuhan fisik keluarga tetapi juga berperan sebagai tempat mensosialisasikan
norma-norma sosial.
2. Peranan
Gereja dalam Penanggulangan HIV/AIDS
Komisi HIV-AIDS
dan NAPZA GBKP melakukan sharing informasi dan saling mendukung dengan
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Karo. GBKP mendukung sepenuhnya
usaha-usaha dilakukan pemerintah, khususnya BNNK Karo maupun pihak-pihak lain
untuk memberantas peredaran narkoba dan segala bentuk judi di Tanah Karo.
Pembentukan Komisi HIV-AIDS dan NAPZA GBKP adalah bukti keseriusan dan
kepedulian GBKP terhadap persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat. Di
samping upaya-upaya pencegahan melalui sosialisasi, Komisi HIV-AIDS dan NAPZA
GBKP juga melakukan pendampingan terhadap beberapa anak-anak sudah
ketergantungan narkoba.
Upaya-upaya untuk penanggulangan atau penekanan
penyebaran HIV AIDS gencar dilakukan oleh Gereja Batak Karo Protestan 2 tahun
terakhir ini. Melalui Komisi HIV AIDS yang dikomandoi seorang pendeta perempuan
yang masih sangat muda, segala upaya dilakukan untuk menguatkan kesadaran para
penduduk Tanah Karo khususnya jemaat GBKP bahwa Sex Bebas dan penggunaan
Narkoba itu tidak baik dan sangat berisiko tertular penyakit yang amat
mematikan HIV AIDS. Kesadaran yang kedua dibangun oleh Komisi ini ialah bahwa
tidak berbahaya bergaul dan berjabat tangan dengan para penderita (ODHA).
Pada hari peringatan HIV AIDS tahun kemarin yang
jatuh pada tanggal 1 Desember, GBKP melakukan suatu kegiatan yang sangat
substansial dengan mengadakan pawai keliling kota Kabanjahe dan Berastagi pada
tanggal. Berpawai sambil meneriakkan yel yel anti Narkoba, Anti Sex bebas,
serta ajakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan yang maha kuasa. Pawai
keliling kota yang dimulai dari kantor moderamen GBKP di Jalan Kapten Pala
Bangun Kabanjahe melewati jalan jalan protokol di Kabanjahe dan Berastagi serta
berakhir di Jambur Tuah Lohpati di Jalan Samura Kabanjahe. Pawai keliling kota
diikuti lebih dari 600 orang yang terdiri dari para pelajar SLTA dari Kabanjahe
dan Berastagi dan komisi komisi atau kategorial pelayanan GBKP seperti Mamre,
Moria dan Permata dan komisi yang lain. Pada sore harinya diadakan Kebaktian
Kebangunan Rohani masih di jambur Tuah Lohpati. Kebaktian Kebangunan Rohani
(KKR) diadakan dengan prakarsa para perantau Karo di Jakarta yang tergabung
dalam Yayasan Berkat, Sora Sebelas dan Tembang Rohani. KKR diadakan dengan
menghadirkan Tim Kebaktian (pengkhotbah, musik dan song leader, captcher dan
tim pendoa syafaat) dari gereja Bethel Indonesia Jakarta. Tidak lupa mengajak
penyanyi yang banyak melayani kaum marginal Grace Simon dan Sandro Tobing. Pada
acara KKR semua pengurus Moderamen GBKP ikut hadir. Ikut juga menghadiri Bupati
Kabupaten Karo dan Kapolres Tanah Karo. Bahkan pada saat acara KKR tim tari
Polwan Tanah Karo ikut memeriahkan dengan menarikan tarian Biring Manggis.
Acara KKR berakhir pada jam 18.30 setelah melakukan altar call yang dipimpin
oleh Pdt Minarto Jonathan yang dalam khotbahnya mengatakan pernah mendoakan
seorang penderita HIV AIDS dan sembuh total dari penyakitnya. Optimisme para
perantau karo di Jakarta dan seluruh masyarakat bahwa HIV AIDS bisa disembuhkan
tidak lain dan tidak bukan karena Darah Tuhan Yesus adalah jaminan untuk semua
sakit penyakit manusia.
3. Peranan
Pemerintah Karo dalam Penanggulangan HIV/AIDS
Perkembangan
HIV/AIDS di wilayah Kab. Karo cukup mengkhawatirkan, karena dari tahun ke tahun
terus meningkat. Bila tidak serius mencegahnya, pasti mengancam generasi muda
daerah ini dan bisa menimbulkan lost generation. Disamping itu,judi dan narkoba
juga sangat marak dan mengancam sendi-sendi kehidupan masyarakat, perlu
langkah-langkah nyata dari pemerintah dan seluruh stakeholders.
Pertama,
perketat pengeluaran izin rumah-rumah hiburan di seluruh wilayah Kab.Karo,
dengan menerbitkan Perda. Kedua, menutup rumah hiburan yang tidak mempunyai
izin,yang disinyalir berpotensi menjadi tempat transaksi seks dan narkoba.
Ketiga, melaksanakan razia mendadak diseluruh sekolah dan tempat yang
disinyalir menjadi tempat penjualan, peredaran narkoba secara berkesinambungan.
Selanjutnya,
keempat melakukan razia dan pemeriksaan
kesehatan/darah bagi
PSK/Waria baik di lokalisasi maupun yang liar. Kelima,memutus mata rantai,
pendistribusian, peredaran narkoba di Tanah Karo. Keenam, mengundang seluruh
tokoh agama agar menyatukan persepsi dan langkah-langkah konkrit agar
bersama-sama Pemda dapat bekerja bersama.
Pemerintah juga perlu mendata tenaga kerja berada
di luar daerah ini melalui Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, khususnya bekerja di
Batam yang juga disinyalir sebagai daerah yang pesat penyebaran HIV/AIDS.
Mereka bekerja di sana, dan setelah terinveksi HIV/AIDS dan tidak
terobati, pulang ke Tanah Karo dan akhirnya meninggal dunia. Dinas terkait juga
diharapkan dapat memprogramkan tindakan konkrit dan menganggarkan apa yang
dibutuhkan. Misalnya, pengadaan sarana care support tripment (CST) tempat
pelayanan kesehatan khusus bagi terinveksi HIV/AIDS yang selama ini harus
dirujuk ke RSU H Adam Malik di Medan. Jadi razia di cafe-cafe, khususnya wanita
yang tidak memiliki KTP sebagai warga Tanah Karo perlu diselidiki dan diperiksa
kesehatannya.
Selain itu,
Pemerintah Karo juga harus mengadakan
penyuluhan
bahaya HIV/AIDS dan Narkoba agar masyarakat menjadi lebih peka dan lebih
hati-hati untuk mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS dan Narkoba di Tanah Karo.
4. Upaya
Pencegahan HIV/AIDS Secara Medis
1. Pencegahan
penularan melalui hubungan seksual.
Infeksi HIV
terutama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu
difokuskan pada hubungan seksual. Dengan ini perlu dilakukan penyuluhan agar
orang berperilaku seksual yang aman dan bertanggungjawab yaitu hanya melakukan hubungan
seksual dengan pasangan sendiri (suami/isteri) dan mempertebal iman agar tidak
terjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
2. Pencegahan
penularan melalui darah
a. Transfusi
Darah
Pastikan bahwa
darah yang dipakai untuk transfusi tidak tercemar HIV. Kalau anda HIV(+) jangan
menjadi donor darah. Begitu pula kalau anda berperilaku resiko tinggi, untuk
tidak berhubungan seksual dengan banyak pasangan.
b. Alat suntik
dan alat lain yang dapat melukai kulit
Bersihkan
alat-alat seperti jarum, alat cukur, alat tusuk seperti tindik dan Iain-lain,
dengan pemanasan atau larutan desinfektan. Perlu dilakukan pengawasan agar
setiap alat suntik dan alat lainnya yang dipergunakan dalam sistem pelayanan
kesehatan selalu dalam keadaan steril. Demikian pula jarum yang dipakai para
penyalahguna obat suntik (narkoba).
3. Pencegahan
penularan dari ibu dan anak (Perinatal)
Diperkirakan 50
% bayi yang lahir dari ibu yang HIV(+) akan terinfeksi HIV sebelum, selama dan
tidak lama sesudah melahirkan. Ibu-ibu seperti ini perlu konseling dan
sebaiknya ibu yang HIV (+), tidak hamil.
Penderita HIV/AIDS ditinjau dari persfektif Etika Kristen
Dalam diskusi mengenai para penderita HIV/AIDS,
terkadang banyak pendapat yang lansung bersifat menghakimi dari orang Kristen.
Menurut mereka para penderita terkena penyakit yang mematikan disebabkan oleh
tindakan mereka yang melanggar perintah Allah( Kel. 20 :14). Menurut pendapat
mereka, virus yang mematikan ini sudah Tuhan sediakan bagi orang yang melanggar
kekudusan hidup, melakukan seks bebas. Sehingga orang yang menderita virus ini
sama saja terkena kutuk dari Allah. Allah adalah kudus dan Dia menginginkan
manusia hidup kudus. Oleh sebab itu menurut mereka menjaga kekudusan perkawinan
sangatlah penting. Pendapat ini sedemikian berakar kuat didalam diri sebagian
orang Kristen, sehingga banyak diantara mereka yang sama sekali tidak mau
mempedulikan para penderita.
Dipihak lain ada orang Kristen yang berjiwa sosial,
sangat memperdulikan akan para penderita. Dengan menerapkan hukum kasih, mereka
berusaha untuk menjadi berkat bagi orang lain. Mengadakan penyuluhan dan
seminar bagi masyarakat mengenai bahayanya penyakit ini. memberikan perhatian
bagi yang sudah terinveksi, tanpa takut terjangkit oleh virus mematikan
ini?
Menekankan tentang kekudusan Allah itu adalah hal
yang sangat penting dalam kekristenan, Firman Allah mengatakan “Kuduslah kamu
sebab Aku kudus”, oleh sebab itu perkawinan adalah hal yang sangat kudus.
Melakukan seks bebas adalah hal yang bertentangan dengan kehendak Allah (kel.
20:14). Salah satu penyebaran virus ini adalah melalui hubungan seksual. Oleh
sebab itu jagalah kekudusan hidup.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah orang yang
terkena inveksi virus ini adalah kutuk dari Allah? Saya tidak lansung menjawab iya dan tidak. Tetapi mencoba memberikan
argumen. Manusia tidak
berhak memvonis seseorang yang terkena virus ini adalah merupakan kutuk dari
Allah.hal ini merupakan suatu bentuk penghakiman kepada sesama kita.
Harus diketahui bahwa bentuk penyebaran virus ini bukan hanya melalui
hubungan seksual,tetapi berbagai macam cara (seperti penjelasan dalam halaman sebelumnya). Bagaimanakah dengan anak
bayi yang terinveksi virus dari ibunya semenjak dari kandungan?apakah ini
merupakan dosa kutukan? Atau dengan orang yang terinveksi karena menggunakan
donor darah yang sudah terinveksi ? (perlu pertimbangan).
Apakah yang harus kita lakukan sebagai hamba
Tuhan ?
Prinsip yang harus diterapkan sebagai umat percaya
adalah prinsip yang sudah dilakukan oleh sang guru agung kita yaitu Tuhan
Yesus. Selama pelayanannya di bumi, Tuhan Yesus selalu memperhatikan orang
–orang yang sudah terbuang dikalangan masyarakat marginal. Dia menunjukan kasihnya dengan menyembuhkan mereka, dan memberikan
pemulihan kerohanian.(luk. 17 :11-19).
Bagi mereka yang belum terkena inveksi dari virus
mematikan ini, sebagai hamba Tuhan, kita harus mengadakan penyuluhan, pembinaan
kepada masyarakat, dengan menekankan tentang kekudusan hidup berdasarkan firman
Tuhan. Didalam 1 Tesalonika 4 :1-12 memberikan suatu pedoman untuk menjaga kekudusa hidup, dan Amsal
5:1-23 memberikan penjelasan yang sangat mendetail salah satu dampak dari
hubungan perzinahan, yang merupakan salah satu cara penularan virus ini.
Bagi yang sudah terinveksi, hal yang bisa dilakukan
adalah, pemulihan kerohanian bagi mereka, beritakan Injil kepada mereka
sehingga walaupun tubuh mereka tidak mungkin disembuhkan lagi tetapi yang
terpenting jiwa mereka bisa dipulihkan dan bertobat percaya kepada Yesus.(Kisa
Para rasul 4: 12) Karena kesehatan rohani lebih penting daripada
kesehatan jasmani. Orang yang sudah terinveksi penyakit ini hanya mengalami
penyesalan dan keputusasaan yang mendalam selama mereka masih hidup, tidak bisa
lagi berbuat apa-apa, bagaikan burung yang terkena jerat, bagi mereka kehidupan
didunia tidak ada artinya lagi, tinggal menunggu saatnya untuk mati.
disanalah para hamba Tuhan hadir , membawa suatu harapan baru didalam Kristus,
yang lebih berharga dari kehidupan yang sangat singkat didunia ini.
Etika kristen (salah satu cabang ilmu teologi
praktika) menekankan
tentang kepedulian berupa tindakan lansung tanpa mempermasalahkan mengapa dia
terinveksi virus yang mematikan ini. pada waktu Tuhan Yesus menyembuhkan orang
yang terkena penyakit kusta,(Mat. 8:1-4 ; Mrk.1:40-45 ;Luk. 5::12-26) dia tidak
menanyakan mengapa mereka terkena penyakit, tetapi tindakan yang dilakukan
adalah menyembuhkan mereka. Kita mungkin tidak bisa menyembuhkan mereka secara fisik tetapi
yang bisa disembuhkan adalah kerohanian mereka.
III.
Simpulan
A. AIDS
merupakan fase terakhir dari perjalanan infeksi virus HIV yang merupakan
sekumpulan gejala penurunan kekebalan tubuh. Fase ini diperoleh setelah yang
bersangkutan mengidap virus ditubuhnya selama enam bulan atau lebih dari 10
tahun tanpa menunjukkan adanya gejala-gejala penyakit yang khas. Penyakit
HIV/AIDS belum ditemukan vaksinnya maupun obatnya dan virus HIV ini dapat
menyerang siapa saja, terutama yang melakukan penyimpangan terhadap pola
prilaku seksualnya.
B. Infeksi HIV
temtama terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS perlu
difokuskan pada hubungan seksual. Dengan ini perlu dilakukan penyuluhan agar
orang berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab yaitu hanya melakukan
hubungan seksual
dengan pasangan
sendiri (suami/isteri) dan mempertebal iman agar tidak terjerumus ke dalam
hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
C. Upaya yang dapat dilakukan untuk
penanggulangan HIV/AIDS di Tanah Karo adalah dimulai dari kelompok terkecil
yaitu keluarga yang memiliki peranan terpenting, kemudian peranan gereja
sebagai sarana untuk perbaikan moral dan juga pemerintah dalam mengatasi
penyebaran HIV/AIDS di Tanah Karo.
D. Bagi yang sudah terinveksi, hal yang bisa dilakukan adalah, pemulihan
kerohanian bagi mereka, beritakan Injil kepada mereka sehingga walaupun tubuh
mereka tidak mungkin disembuhkan lagi tetapi yang terpenting jiwa mereka bisa
dipulihkan dan bertobat percaya kepada Yesus
DAFTAR
PUSTAKA
Cohen,
J. (2000). "Vaccine Theory of AIDS Origins Disputed at Royal
Society". Science 289 (5486): 1850–1851.
Departemen
Sosial RI, 1995, Pendekatan Perencanaan Program Pencegahan PMS dan AIDS di
Masyarakat, 1997, Pedoman Program Perencanaan dan Pemberantasan PMS Termasuk
AIDS di Indonesia, Jakarta.
-----------------------------,1997,
Petunjuk Pemantauan Program Nasional Pemberantasan dan pencegahan AIDS. World
Health Organization Genewa.
----------------------------,1997,
Petunjuk Penatalaksanaan Perawatan untuk orang-orang Terinfeksi HIV, atas
ijin Woild Health Organization Genewa.
----------------------------,1997,
Petunjuk Pencegahan Human Immuno Deficiency Virus (HIV) Secara seksual, World
Health Organization Genewa.
----------------------------,1997,
Petunjuk Perencanaan Meningkatkan Derajat Kesehatan untuk Pencegahan Dan
Pemberantasan AIDS, World Health Organization Genewa.
Goode, W.J,
1992, Sosiologi Keluarga, diterjemahkan oleh Lailanoum Hasyim, Jakarta:
Bumi Akasara.
Harian
Kedaulatan Rakyat, 2 Maret 2015.
Harian Kompas, 3
September dan 12 Desember 2014.
Horton Paul B.,
Hunt E.L, 1980, Sosiologi, Alih bahasa Aminuddin Ram dan Tita Sobari,
Jakarta: Airlangga.
Hurlock, E.B,
1992, Psikologi Perkembangan, Jakarta: Pen. Erlangga.
Ikawati, dkk,
1999, Penelitian Evaluatif Kebernasilan Lentera Dalam Usaha Penyebaran dan
Pemberian Informasi Mengenai Bahaya dan Pencegahan AIDS di Masyarakat, Yogyakarta:
B2P3KS.
Laurer, RH.,
1978, Perspective on Social Change, Allyn and Bacon, Inc., Boston, Masachusset.
Mantra, JB,
1994, AIDS dan Wanita, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Marx,
J. L. (1982). "New disease baffles medical community". Science
217 (4560): 618–621
MejaQQ agen judi poker dominoqq bandarq online terbesar di asia
BalasHapusYang Merupakan Agen Judi Poker DominoQQ BandarQ Online Terbesar di Asia Hadir Untuk Anda Semua Dengan Games dan Bonus Yang Menarik!
Bonus yang Kami Berikan di MEJAQQ :
* Bonus CashBack 2X Dalam 1 Minggu
* Bonus Referral 10% + 10% Seumur Hidup (X-tra Untuk Para Pencari Bonus Referral di Indonesia)
* Dan Masih Banyak Bonus Menarik Lainnya yang Bisa Anda Dapatkan di MEJAQQ!
Minimal Deposit dan Withdraw hanya Rp 20.000,- saja!
MejaQQ Juga Menyediakan Deposit Via Pulsa Dan E-Money Rate Terendah
>> PULSA : Telkomsel & XL
>> E-Money : OVO, Danaku, Gopay & Doku Wallet
Buruan Kunjungi Sekarang Juga ^^
9 Games Yang di Hadirkan MEJAQQ:
*- POKER
*- DOMINO QQ
*- CAPSA SUSUN
*- BANDAR POKER
*- BANDAR Q
*- BANDAR 66
*- SAKONG
*- ADU Q
*- PERANG BACCARAT ( NEW )
Info Lebih lanjut Kunjungi :
Website : Jpmeja.net
Line : Mejaqq_official
WA : +855882308459
Kunjungi Juga situs kami di :
Mejaqq
Bandarq online
Prediksi Togel Hongkong
BalasHapusToto Converter